10.19.2012

PEMIRA UI 2010 #3

“Coba baca lagi kalimatnya,”
Isi dalam media kampanye di luar tanggung jawab PEMIRA
“Wah, kayaknya aneh deh,”
“Aneh dimana?”
“Eh pulang yuk,”
“Ah gue juga nggak tahu,”
“Aduh, gue pusing”
“Hah, gue bikin strategi komunikasi aja,”
“Gue main bola aja”
“Lo masih kuat duduk Man?”
“Dikuat-kuatin”
“Maksud gue ini lo Be”
“Heh, besok gue pinjam kipas ke BAK deh”
“HEH DIAM!”
Semuanya terdiam, beberapa detik masih kudengar detak jarum jam dinding yang menemani kami. Kami saling melirik dan menatap salah seorang staf ahli hukum yang tadi berteriak. Mukanya mulai merah, entah kecapean, entah menahan sakit. Sesekali kepalanya menengadah ke atas, dia mengangkat kedua tangannya. Pelan-pelan ditutupnya matanya, lalu sebuah kalimat yang mungkin tak pernah kami lupa keluar dari mulutnya.
“Tolong Baim Ya Allah,” katanya polos.
Sedetik, dua detik, kami saling melirik dan dalam hitungan satu, dua tiga.
“Hahahaha,” semua tertawa, entah karena saking lucunya, entah karena saking stresnya.
“Haha, mulai hari ini gue panggil lo Baim”
“Gue mau muntah,”
“Gue mau tidur”
“Saya mau main bola,” sahut Agus, penanggung Jawab Kampanye. Kami meliriknya, dia memainkan bola pimpong yang entah dimana didapatnya. Lalu dia menyelutuk sendiri. Lagi-lagi tawa pecah di ruangan ini.
Qibe, stah ahli hukum yang kedua,  masih berpikir, sesekali dia mengacak-acak rambutnya. Dia yang diandalkan untuk menuangkan kata per kata ke peraturan Panitia PEMIRA itu. Sekarang, Qibe sedang menghela nafas panjang. Si Bos sedang memainkan pulpen di kertas, berharap sebuah ilham tertuang ke kertas itu. Hana masih sibuk dengan hape nya. Si Baim lagi-lagi menengadah.
Jam dinding sudah menunjukkan pukul 12, anjing yang entah darimana menggonggong menemani kami yang sedang membuat pasal per pasal untuk peraturan panitia PEMIRA. Dalam tiap pasal pun ada beberapa ayat. Ada sekitar 75 pasal yang akan kami buat. Untuk satu ayat saja, kami harus mengunyah-ngunyahnya minimal lima belas menit.
“Ya kalimat ini aneh, tapi gue nggak tau dimananya” kata Baim, lagi-lagi kami tertawa, dari tadi kami menyadari kalimat ini aneh.
“Materi bukan sih?” sahut si Bos.
“Yuhu, materi kampanye,” sahut Qibe seakan-akan baru dirasuki sesuatu oleh malaikat. Mereka kembali bersemangat, ribut lagi. Aku hanya geleng-geleng kepala. Nyerah deh buat urusan yang satu ini.

No comments: