Aku
terhenyak, kutatap sekelilingku, teman-temanku saling pandang. Raut muka mereka
tampak tegang, tangan yang dari tadi melipat kertas sekarang berhenti di
tempat.
“Nggak ada
jalan lain Kak?” tanyanya, semua mata ditujukan padaku. Aku gigit bibir, mau
tak mau keputusan ada di tanganku, sang Bos sedang berperang melawan penyakit thypus-nya. Tadi kutelpon, dia memintaku
untuk meminta persetujuan anak-anak. Lagi-lagi aku menghela nafas, kali ini
kulirik dua staf ahli hukumku, Baim dan Qibe. Mereka geleng-geleng kepala,
pucat pasi.
“Ya ampun Kak,
3 hari kami menghabiskan waktu melipat ini dan sudah jadi pula,” kata Dila,
salah satu staf penconterengan.
Ruangan tampak
tegang, panas sedikit mebuatku tercekik. Tak ada AC, jangankan AC, kipas angin pun
tidak. Badanku berasa panas dingin. Beberapa kali aku menatap stafku yang
berbuat kesalahan, dia tertunduk bisu. Tak ada gunanya juga aku teriak-teriak
padanya. Dia sendiri tahu kesalahannya. Aku berusaha tenang, dan menghela nafas
beberapa kali. Kali ini kutatap seorang Kakak yang mengerti Undang-Undang
tentang PEMIRA ini.
“Jangan
gunakan kertas ini,” katanya mengulang pernyataannya. Aku kembali memperhatikan
kertas suara yang dicetak itu. Pengaruh facebook,
salah seorang tim ku mengikuti nama yang ada di facebook. Kedua nama kandidat berubah di facebook, yang satu
menggunakan nama ayah di akhir, yang satu lagi ejaannya salah. Aku meremas
kertas itu bulat-bulat.
“Tapi kan
20.000 kertas mubazir,” sahut Bendaharaku, aku tahu alasannya, kita sudah
berhemat dengan segala pengeluaran, karena dana yang baru turun 4 hari sebelum
masa penconterengan. Aku mencoba berpikir dan lagi-lagi menatap staf ahli
hukumku, mereka tampak berpikir keras. Ya sudahlah, tak ada jalan lain.
“Oke, cetak
ulang semua, ayolah Tuhan melihat proses kita, bukan hasil” sahutku dengan
senyum berusaha menghibur mereka. Semua
wajah meringis dan mengaduh. Mata kami melihat 20.000 kertas suara yang sudah
dilipat. Kami tahu susahnya melita kertas suara, namun kami juga tahu, ini
untuk kebaikan pada hari esok. Karena hari ini sama hari esok jelas berbeda. :D
No comments:
Post a Comment