10.19.2012

PEMIRA UI 2010 #2

                Aku terhenyak, kutatap sekelilingku, teman-temanku saling pandang. Raut muka mereka tampak tegang, tangan yang dari tadi melipat kertas sekarang berhenti di tempat.
“Nggak ada jalan lain Kak?” tanyanya, semua mata ditujukan padaku. Aku gigit bibir, mau tak mau keputusan ada di tanganku, sang Bos sedang berperang melawan penyakit thypus-nya. Tadi kutelpon, dia memintaku untuk meminta persetujuan anak-anak. Lagi-lagi aku menghela nafas, kali ini kulirik dua staf ahli hukumku, Baim dan Qibe. Mereka geleng-geleng kepala, pucat pasi.
“Ya ampun Kak, 3 hari kami menghabiskan waktu melipat ini dan sudah jadi pula,” kata Dila, salah satu staf penconterengan.
Ruangan tampak tegang, panas sedikit mebuatku tercekik. Tak ada AC, jangankan AC, kipas angin pun tidak. Badanku berasa panas dingin. Beberapa kali aku menatap stafku yang berbuat kesalahan, dia tertunduk bisu. Tak ada gunanya juga aku teriak-teriak padanya. Dia sendiri tahu kesalahannya. Aku berusaha tenang, dan menghela nafas beberapa kali. Kali ini kutatap seorang Kakak yang mengerti Undang-Undang tentang PEMIRA ini.
“Jangan gunakan kertas ini,” katanya mengulang pernyataannya. Aku kembali memperhatikan kertas suara yang dicetak itu. Pengaruh facebook, salah seorang tim ku mengikuti nama yang ada di facebook. Kedua nama kandidat berubah di facebook, yang satu menggunakan nama ayah di akhir, yang satu lagi ejaannya salah. Aku meremas kertas itu bulat-bulat.
“Tapi kan 20.000 kertas mubazir,” sahut Bendaharaku, aku tahu alasannya, kita sudah berhemat dengan segala pengeluaran, karena dana yang baru turun 4 hari sebelum masa penconterengan. Aku mencoba berpikir dan lagi-lagi menatap staf ahli hukumku, mereka tampak berpikir keras. Ya sudahlah, tak ada jalan lain.
“Oke, cetak ulang semua, ayolah Tuhan melihat proses kita, bukan hasil” sahutku dengan senyum berusaha menghibur mereka.  Semua wajah meringis dan mengaduh. Mata kami melihat 20.000 kertas suara yang sudah dilipat. Kami tahu susahnya melita kertas suara, namun kami juga tahu, ini untuk kebaikan pada hari esok. Karena hari ini sama hari esok jelas berbeda. :D

No comments: