Perutku mulai
berbunyi, bersenandung meminta makan kepada si empunya. Aku tersenyum getir dan
berusaha cuek, kali ini aku berjalan menuju salah satu TPS. Kupaksakan sebuah
senyuman mengembang, pelepas lelah dan sebuah bentuk penghargaan untuk beberapa
orang yang menjaga TPS nya.
“Halo, berapa
orang yang nyontreng?” kataku dengan suara yang mulai serak, namun nadanya
masih tampak semangat. Mereka menjawabnya dengan senyum, sepertinya ini kabar
baik.
“Lumayan Kak,
ada 300 orang hari ini,” jawabnya sambil menyerahkan kertas suara dan beberapa
BAP. Aku bertepuk dengan senang hati, lalu menyalami mereka satu per satu
karena sudah kerja keras. Namun, koordinator fakultas, penanggung jawab di
fakultas ini menatapku dengan tatapan sedih. Aku mendekatinya.
“Apa yang
terjadi?” kataku, memaksakan senyum walaupun ada firasat sesuatu yang buruk
sedang terjadi. Tanpa suara, dia memberikan sebuah kertas padaku. Aku mengambil
kertas itu dengan segera membacanya.
Kami mengajukan keberatan atas dibukanya TPS
di fakultas A pukul 09.01 WIB.
Aku menatap
kepala surat itu, Pengajuan Keberatan Atas
Kelalaian Panitia. Aku menghela nafas panjang, kutatap koordinator
fakultasku. Aku mengernyitkan dahi, tak mengerti. Kucoba meminta penjelasan
darinya.
“Kita telat
satu menit buka TPS Kak,” sahutnya dengan senyuman pahit. Aku membelalak tak
percaya. Kubaca lagi tulisan itu, oh jadi itu maksudnya. Aku tertawa ngakak.
“Bilang ke
mereka, 1 x 120 menit mereka telat membayar denda, saya masih setia
menunggunya,” sahutku tersenyum manis meninggalkan TPS itu. Badanku mulai
sempoyongan. Ya Allah, saya benar-benar lapar dan entah kenapa sepertinya hari
ini saya ingin makan daging.
No comments:
Post a Comment