6.07.2015

Sakit Tapi Keren

Heels bagi wanita sejujurnya membuat kaki pegal, sakit, dan bengkak, Namun selalu membuat lebih percaya diri 😁



6.06.2015

Gambaran Kerja Jurnalis

Seringkali saya sedih dengan tanggapan teman-teman terhadap media cetak nasional yang mempunyai nama baik. Jangan gampang memberi cap media bobrok tanpa tahu perjuangan mereka di lapangan. Setidaknya dengan memahami kerjanya kita bisa menghormati profesinya, Marilah saya gambarkan kinerja jurnalis seperti apa. 

Menjadi jurnalis tentu tidak hanya berkecimpung dengan menulis berita saja. Namun kami memulainya dari usulan yang digodok di rapat redaksi. Pertimbangan pertama dari usulan ini berdasarkan seberapa pentingnya bagi publik. Semisal ada usulan terkait naiknya harga BBM dan tren batu akik. Tentu yang dipilih kenaikan harga BBM ini karena akan berdampak besar pada perekonomian Indonesia.

Setelah disepakati bersama (sebelum kesepakatan ini akan terjadi diskusi panjang dan debat) menjadi Laporan Utama maka dibuat TOR dan pembagian kerja. Setiap jurnalis bertanggung jawab penuh dengam narasumber yang akan dikejar. Biasanya saya sendiri menghabiskan waktu seharian untuk riset dari arsip kantor, berbagai media, dan bahkan menelpon teman jurnalis (baik dari media saya atau media lain) di lapangan. Saya memastikan kesiapan diri sebelum turun ke lapangan. Jangan sampai mengeluarkan pertanyaan bodoh atau mempertanyakan hal yang sudah dijawab sebelumnya.  

Sampailah pada berburu narasumber, dimulai dari mencari agendanya, mencari nomor telponnya, bahkan tak jarang nongkrong seharian di kantornya. Tak pelak sering menunda makan saking takut kehilangan momen. 

Saat narasumber muncul pun belum tentu semua pertanyaan dijawab, harus pintar-pintar memilih diksi menghadapi narasumber. Ada narasumber yang tertantang dengan pertanyaan menohok, tetapi ada pula yang malah tersinggung dan memilih diam. Maka diperlukan kecerdasan dalam melihat situasi dan kondisi. Setidaknya kalau dia tidak bisa menjawab lengkap, saya pastikan dia menghapal nama atau wajah saya biar nanti dichat atau ditelpon dia jawab. Setelah itu barulah membuat laporan dan menulis dan mengirimkan ke editor. 

Beginilah perjuangan kami di lapangan, di media saya ada rubrik Dialog jadi kami harus wawancara eksklusif orang terkait, entah narasumbernya pembuat kebijakan atau pengusaha. Perjuangannya juga bakal berbeda, tak jarang sesampai di kantor  mereka, kami disuruh menunggu lama dan ternyata diminta reschedule lagi.

Semoga tergambar ya 😊

6.05.2015

Tunggu Ya

Beberapa teman berharap menemukan tulisan terkait kisah di lapangan agar ditampilakn di blog ini. Mereka pun kecewa setelah menemukan karya sastra ala-ala Mimi. 

Baru saja menyadarinya, nanti Mimi coba ya. Soalnya tidaklah mudah bagi seorang jurnalis sepertiku menulis kisah di lapangan. Karena terkadang ada hal off the record yang membuat jalan cerita menjadi bolong. 

Selain itu, jurnalis terbiasa bergumul dengan fakta dan membuang opini jauh-jauh. Akibatnya susahlah bagiku untuk beropini di berbagai tulisan. Apalagi selama ini dibesarkan di media ekonomi. Mimi betul-betul butuh belajar banyak.