Hei kamu,
Belajarlah
mencintai seperti sekrup-sekrup kecil itu yang selalu berteriak pada
Tuannya meminta kenaikan upah. tak capek- capek tiap tahunnya. Hebat
pula mereka masih bernanung di tempatmu. Walaupun mungkin benar, ia
membutuhkanmu demi sesuap nasi. Tapi bertahun-tahun bahkan mungkin
belasan tahun mereka berkorban, liriklah mereka sedikit. Karena
kadang mereka mengungkapkan cinta dengan perbuatan mereka, terus
menerus bekerja. Sesekali mereka ganas karena hidup terlalu ganas.
Berbaik hatilah pada mereka.
Sambil
memperbaiki mereka, tetaplah naikkan pula targetmu padaku, kalau tak
kuasa segera beli mesin untuk menambah kapasitasmu. Baca semua buku
dan buku agar suatu saat kau terilhami dengan membuat rencana
ekspansi untuk membangun rumah tanggamu. Jangan sesekali menyerah,
karena para peri kecil tentu akan membantumu. Apalagi tanpa diminta
kau sering menghadiahkannya madu.
Ijinkan
pula peri kecil itu mengintip laporan kuartalmu yang rajin betul
engkau laporkan pada Dia. Jika sekrup punya kau sebagai Tuannya, kau
jua punya kewajiban padaNya. Seringlah bermuhasabah diri padaNya.
Jangan kau
takut, sejatinya untuk mendapatkanku tak butuh investasi yang besar.
Bukan berarti aku tak menjanjikan, hanya saja mungkin waktunya
tepat. Toh negara yg kita injak ini saja berani betul memberi
investasi murah meriah dengan dalih tiada modal kepada asing. Bahkan
semua keputusan penting kemungkinan besar ditanda tangani sebelum
Pemilu 2014. Aku dan negeriku sama, tak tamak harta, toh dari kecil
kami sama-sama terbiasa hidup sederhana. Biarlah lumbung padi ini
dinikmati tetangga, kami tetap dengan kesederhanaan kami. Biar tak
susah perhitungan di akhirat kelak. Biarkah kami sibuk beribadah dan
ibadah, dunia ini tak ada habisnya.
Namun,
sesekali perlu juga kita belajar dari Jepang, yang bahkan baru
eksplorasi saja, dengan percaya dirinya ia minta perpanjang Blok
Masela, tamak betul ia padahal baru 2018 Blok Masela itu berproduksi.
Tapi itu langkah cerdas karena ia sudah meramalkannya. Dan ia tahu
berhadapan dengan siapa, lihatlah bagaimana pemerintah kita
memprosesnya, mempertimbangkannya. Segera ramalkanlah bagaimana kita,
jika menurutmu itu baik bagimu, Masa' kau tak berani berinvestasi?
Apalagi resolusi pun sudah direvisi.
Segeralah
berlari padaku, karena jika hati ini padam, musnahlah segala cahaya
yg kita bentuk. Jika kau ditelikung duluan oleh yang lain, jangan
sesekali kau salahkan siapapun. Jangan seperti komplotan kawanmu yg
menyalahkan PLN saat listrik padam. Karena ini bukan kesalahan
direksi sekarang, tidakkah investasi listrik itu butuh waktu 4-5
tahun yg lalu? PLN sudah makfum pemadaman akan terjadi, dari tahun
2009 ia coba bangun pembangkit, namun daerahmu yg korupsi itu mencoba
memerasnya dan menghalang-halanginya. Mau kau salahkan siapa?
Hei,
jangan pula kau menggantungku terlalu lama. Temanmu, Total EP saja
tak sanggup menunggu lama dan mendesak presiden secepatnya
mengeluarkan keputusannya. Karena memang aku membutuhkan kontrak
berpuluh tahun dan segera memulai visi dan misi kita, jika dan hanya
jika itu kau.
Sekarang,
segeralah ambil wudhu, bersujudlah dalam tahajudmu bisikanlah pada
Rabb, “jika sejatinya dua hati kita bertemu dan bisa mengubah nasib
bangsa ini ke arah yang lebih baik, ijinkanlah Ya Rabb.” Akhiri
galaumu!