4.30.2012

Perpustakaan Pusat

Ia merogoh kantong jaketnya, lalu geleng-geleng kepala dengan paniknya. Sekarang tangannya bergerak lincah membuka tas, ia keluarkan satu per satu isinya, mulai dari tissue, botol air minum, payung. Ia berhenti sebentar, matanya terpaku pada sesuatu di dalam tas, tiba-tiba sepasang mata itu mengarah padaku. Sontak aku kaget dan segera mengalihkan pandangan. Mataku kembali fokus ke layar monitor komputer. Kulirik ia yang mengambil sesuatu dan ternyata handphone, lalu jemarinya menekan beberapa tombol. Beberapa saat kemudian, tangannya sudah berada di telinga, dia sepertinya mencoba menghubungi seseorang. Lalu, ia geleng-geleng kepala lagi dan kali ini menatap layar handphone-nya. Sekarang sepuluh jemari itu menekan tombol keyboard dengan kencang, lalu tangan kanan mulai menggunakan mouse, ia klik kanan, klik kiri, double klik, lalu berhenti tiba-tiba. Tangannya melepas semua barang elektronik itu. Mataku hijrah ke wajahnya, wajah itu mengernyit, ada beberapa lipatan di dahinya. Aku menghela nafas. “Butuh bantuan Mas,” tanyaku dengan senyuman biar ia tak sungkan. “oo..oo...” ia melirik sekelilingnya, lalu suara itu berbisik halus, “kau bisa menggunakan mac, saya tak mengerti, hehe,” katanya dengan muka merah. Aku mengangguk sambil menahan tawa. Hari ini kutemukan dua orang yang bernasib sama dengannya.